Oleh SBS Valid
Masalah pelanggaran etika dan tata tertib oleh siswa di sekolah bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan. Fenomena ini sering kali menjadi perhatian pihak sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat karena dapat mengganggu proses pembelajaran, menurunkan reputasi sekolah, serta mencerminkan tantangan dalam pembentukan karakter generasi muda. Untuk menangani siswa yang terus-menerus melanggar aturan, penting untuk memahami latar belakang yang menjadi penyebab perilaku tersebut.
Setiap siswa memiliki karakter, latar belakang keluarga, dan lingkungan sosial yang berbeda, yang semuanya memengaruhi perilaku mereka di sekolah. Dalam artikel ini, kita akan mengupas berbagai faktor yang menjadi latar belakang siswa yang sering melanggar etika dan tata tertib sekolah, mencakup aspek keluarga, lingkungan sosial, perkembangan psikologis, serta pengaruh dari sistem pendidikan.
1. Peran Latar Belakang Keluarga
Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam pembentukan kepribadian seorang anak. Ketidakharmonisan atau kurangnya perhatian dari keluarga dapat berdampak langsung pada perilaku siswa di sekolah. Beberapa faktor keluarga yang berkontribusi terhadap pelanggaran etika dan tata tertib meliputi:
a. Kurangnya Pengawasan Orang Tua
Anak-anak yang kurang mendapat pengawasan dari orang tua cenderung mengalami kebebasan yang berlebihan, sehingga mereka lebih mudah terjerumus dalam perilaku negatif. Ketika orang tua sibuk bekerja atau tidak peduli dengan aktivitas anak, siswa mungkin mencari perhatian di tempat lain dengan melakukan pelanggaran di sekolah.
b. Pola Asuh yang Tidak Konsisten
Pola asuh yang terlalu keras atau terlalu permisif dapat memengaruhi perilaku siswa. Orang tua yang terlalu keras cenderung memicu pemberontakan, sementara pola asuh yang terlalu longgar membuat anak merasa bebas tanpa batasan. Keduanya bisa menghasilkan siswa yang sulit mematuhi aturan di sekolah.
c. Ketidakharmonisan Keluarga
Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang tidak harmonis, seperti keluarga yang sering bertengkar atau mengalami perceraian, sering kali merasa stres atau tertekan. Hal ini dapat tercermin dalam perilaku mereka di sekolah, termasuk melanggar etika dan tata tertib.
d. Keterbatasan Ekonomi
Kondisi ekonomi keluarga juga dapat memengaruhi perilaku siswa. Anak-anak dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi mungkin merasa rendah diri, yang kemudian menyebabkan perilaku agresif atau mengganggu untuk menutupi rasa tidak percaya diri mereka.
2. Pengaruh Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial, baik di rumah maupun di sekolah, berperan besar dalam membentuk sikap dan perilaku siswa. Pengaruh teman sebaya, budaya setempat, dan teknologi modern menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan.
a. Pengaruh Teman Sebaya
Siswa sering kali lebih dipengaruhi oleh teman sebaya dibandingkan keluarga atau guru, terutama pada usia remaja. Jika siswa berada dalam kelompok teman yang sering melanggar aturan, mereka cenderung mengikuti perilaku tersebut untuk mendapatkan penerimaan. Tekanan dari kelompok teman sebaya dapat mendorong siswa melakukan tindakan seperti membolos, merokok, atau bersikap tidak sopan kepada guru.
b. Lingkungan yang Tidak Kondusif
Siswa yang tinggal di lingkungan yang kurang mendukung, seperti lingkungan dengan tingkat kriminalitas tinggi atau kurangnya pendidikan, cenderung membawa kebiasaan negatif tersebut ke sekolah. Lingkungan yang tidak sehat ini sering kali membentuk pola pikir siswa yang tidak sesuai dengan norma sekolah.
c. Pengaruh Media Sosial dan Teknologi
Di era modern, media sosial memiliki pengaruh besar terhadap perilaku siswa. Paparan konten negatif di internet, seperti kekerasan atau perilaku antisosial, dapat memengaruhi cara siswa bertindak di sekolah. Mereka mungkin meniru apa yang mereka lihat di media tanpa memahami konsekuensinya.
3. Aspek Psikologis dan Emosional
Perkembangan psikologis siswa juga memainkan peran penting dalam membentuk perilaku mereka. Siswa yang mengalami gangguan emosional atau masalah psikologis tertentu cenderung lebih sering melanggar etika dan tata tertib sekolah.
a. Kurangnya Kontrol Emosi
Siswa yang tidak mampu mengelola emosi mereka dengan baik sering kali bertindak impulsif, seperti berbicara kasar, berkelahi, atau membantah guru. Kurangnya keterampilan dalam mengelola emosi dapat membuat mereka sulit beradaptasi dengan aturan yang ada.
b. Rendahnya Rasa Percaya Diri
Siswa dengan rasa percaya diri rendah cenderung mencari perhatian melalui cara yang tidak sehat, seperti melanggar tata tertib atau bersikap provokatif. Mereka merasa perlu menonjolkan diri untuk mendapatkan pengakuan dari teman sebaya.
c. Masalah Mental atau Gangguan Belajar
Beberapa siswa yang memiliki masalah mental, seperti ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau gangguan kecemasan, mungkin merasa kesulitan mengikuti aturan yang ada. Gangguan ini memengaruhi kemampuan mereka untuk fokus, memahami instruksi, atau berperilaku sesuai norma.
d. Rasa Bosan atau Tidak Termotivasi
Kurangnya minat terhadap pelajaran atau kegiatan di sekolah juga dapat menjadi alasan siswa melanggar aturan. Mereka mungkin merasa bosan atau tidak terhubung dengan apa yang diajarkan, sehingga mencari hiburan melalui tindakan negatif.
4. Faktor dari Sistem Pendidikan
Sistem pendidikan dan cara sekolah mengelola lingkungan belajar juga memiliki dampak signifikan pada perilaku siswa. Ketika siswa merasa tidak nyaman atau tertekan oleh aturan yang terlalu ketat atau metode pengajaran yang kurang menarik, mereka cenderung menunjukkan perilaku melanggar.
a. Kurangnya Pendekatan Individual
Setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda. Sekolah yang gagal memberikan perhatian individual kepada siswa cenderung kehilangan kemampuan untuk memahami apa yang memotivasi perilaku mereka. Misalnya, siswa dengan gaya belajar visual mungkin sulit mengikuti pelajaran yang didominasi oleh metode ceramah.
b. Kedisiplinan yang Tidak Konsisten
Jika guru atau pihak sekolah tidak konsisten dalam menegakkan aturan, siswa akan merasa bahwa mereka bisa melanggar tata tertib tanpa konsekuensi serius. Ketidakkonsistenan ini mengurangi efektivitas tata tertib sekolah.
c. Tekanan Akademik yang Berlebihan
Beberapa sekolah menetapkan target akademik yang terlalu tinggi tanpa mempertimbangkan kemampuan individu siswa. Hal ini dapat menyebabkan stres dan frustrasi, yang kemudian memicu perilaku melanggar sebagai bentuk pelarian.
d. Minimnya Kegiatan Pengembangan Karakter
Sekolah yang terlalu fokus pada aspek akademik sering kali melupakan pentingnya pembentukan karakter. Akibatnya, siswa tidak mendapatkan pemahaman yang cukup tentang nilai-nilai moral, etika, dan pentingnya kedisiplinan.
5. Interaksi Antara Berbagai Faktor
Pelanggaran etika dan tata tertib oleh siswa biasanya disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor di atas. Sebagai contoh:
- Seorang siswa yang berasal dari keluarga dengan pola asuh permisif mungkin lebih mudah terpengaruh oleh teman sebaya yang suka melanggar aturan.
- Siswa dengan gangguan belajar yang tidak terdiagnosis mungkin menjadi frustrasi dengan tekanan akademik, yang kemudian mendorong mereka untuk berperilaku tidak patuh.
Interaksi antara faktor internal (emosional dan psikologis) dan eksternal (keluarga, lingkungan sosial, dan sistem pendidikan) menciptakan dinamika yang kompleks dalam membentuk perilaku siswa.
6. Pentingnya Pendekatan Komprehensif
Untuk menangani siswa yang selalu melanggar etika dan tata tertib, penting bagi pihak sekolah untuk mengambil pendekatan yang komprehensif. Guru, konselor, dan orang tua perlu bekerja sama untuk memahami latar belakang siswa, mengidentifikasi penyebab utama perilaku mereka, dan merancang strategi intervensi yang efektif.
Pendekatan tersebut dapat mencakup:
- Konseling individu atau kelompok untuk membantu siswa mengelola emosi dan memahami dampak perilaku mereka.
- Pelibatan orang tua untuk menciptakan lingkungan yang lebih suportif di rumah.
- Pengembangan program pembentukan karakter yang menekankan nilai-nilai moral dan kedisiplinan.
- Penyesuaian metode pembelajaran agar lebih menarik dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
Kesimpulan
Latar belakang siswa yang selalu melanggar etika dan tata tertib sekolah sangat dipengaruhi oleh faktor keluarga, lingkungan sosial, aspek psikologis, dan sistem pendidikan. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pemahaman yang mendalam tentang penyebabnya serta upaya kolaboratif antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dengan pendekatan yang tepat, siswa dapat diarahkan untuk memperbaiki perilaku mereka dan tumbuh menjadi individu yang lebih baik.
Comments
Post a Comment