" Esmu Ejik Ora? Yo Kono Dijual, Goblok!"



Oleh SBS

Pada sebuah video yang viral beberapa waktu lalu, Gus Miftah, seorang ulama terkenal yang dikenal karena pendekatan dakwahnya yang santai dan penuh humor, sempat mengolok-olok seorang penjual es teh yang dianggapnya “tidak biasa”. Dalam video tersebut, Gus Miftah berbicara dengan penuh candaan tentang sosok penjual es teh yang dia temui. Penjual es teh ini menjadi bahan obrolan Gus Miftah yang dengan nada lucu dan sedikit satire mengomentari pekerjaannya.

Meskipun obrolan ini dilakukan dengan cara yang ringan dan mengandung unsur humor, olok-olok tersebut memunculkan sejumlah pertanyaan dan refleksi terkait bagaimana kita memandang profesi sehari-hari serta peran penting yang dimiliki oleh orang-orang seperti penjual es teh ini dalam kehidupan kita. Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari tentang sosok penjual es teh yang menjadi bahan olok-olok Gus Miftah tersebut, yang mungkin tampak sepele bagi sebagian orang, tetapi sebenarnya mengandung makna yang lebih dalam.

Profesi Sederhana dengan Peran Penting dalam Kehidupan

Penjual es teh, atau kadang disebut dengan istilah lebih umum seperti pedagang minuman ringan, sering kali dianggap sebagai pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian khusus atau pendidikan tinggi. Namun, meskipun tampaknya sederhana, profesi ini memiliki peran yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan konsumen sehari-hari. Di tengah panasnya cuaca, siapa yang tidak membutuhkan minuman segar untuk menghilangkan dahaga? Es teh menjadi pilihan yang sangat populer, tidak hanya karena rasanya yang menyegarkan, tetapi juga karena harganya yang terjangkau dan mudah ditemukan.

Dalam obrolan Gus Miftah, meskipun ada unsur olok-olok, bisa dilihat bahwa Gus Miftah seolah ingin menunjukkan bahwa profesi sederhana seperti penjual es teh sebenarnya memiliki nilai dan peran yang besar dalam masyarakat. Tanpa penjual es teh, banyak orang yang akan kesulitan untuk menikmati kesegaran di tengah teriknya matahari. Hal ini menunjukkan bahwa setiap profesi, sekecil apapun, memiliki kontribusi terhadap keberlangsungan hidup bersama.

Humor Gus Miftah dan Pesan Tersembunyinya

Sebagai seorang ulama yang terkenal dengan gaya dakwahnya yang tidak kaku dan penuh humor, Gus Miftah sering menggunakan olok-olok untuk menyampaikan pesan moral atau kritik sosial. Dalam hal ini, meskipun Gus Miftah berbicara dengan nada lucu dan menyindir, sebenarnya dia ingin mengajak orang-orang untuk tidak meremehkan profesi atau pekerjaan apapun. Banyak orang mungkin menganggap pekerjaan seperti penjual es teh tidak lebih dari sekadar pekerjaan yang tidak bergengsi, namun melalui candaan ini, Gus Miftah justru ingin menekankan bahwa setiap pekerjaan memiliki nilai yang tak bisa diabaikan.

Kekuatan humor dalam dakwah Gus Miftah adalah kemampuannya untuk membuat orang berpikir dengan cara yang tidak membosankan atau terlalu serius. Dalam hal ini, olok-olok terhadap penjual es teh bisa dilihat sebagai cara untuk menggugah kesadaran tentang pentingnya menghargai setiap profesi, tanpa memandang status sosial atau tingkat pendidikan seseorang.

Menghargai Pekerjaan yang Sering Dianggap Rendah

Dalam masyarakat, sering kali ada kecenderungan untuk memandang rendah pekerjaan yang dianggap tidak bergengsi atau tidak membutuhkan keahlian khusus. Profesi seperti buruh, pedagang kaki lima, atau penjual es teh sering kali mendapat stereotip negatif, dianggap sebagai pekerjaan yang "rendah" atau "tidak penting". Namun, sebenarnya, setiap profesi memiliki perannya masing-masing dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Penjual es teh, misalnya, meskipun pekerjaannya terlihat sederhana, mereka adalah bagian penting dari ekosistem ekonomi informal yang ada di masyarakat. Mereka bukan hanya sekadar menjual minuman, tetapi mereka juga menciptakan peluang ekonomi bagi diri mereka sendiri dan bagi orang-orang di sekitar mereka. Dalam banyak kasus, penjual es teh juga bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka, dengan jam kerja yang panjang dan tantangan yang tidak sedikit. Dengan demikian, pekerjaan mereka jauh lebih mulia daripada yang terlihat sekilas.

Satire tentang Nilai dan Keberagaman Profesi

Gus Miftah, melalui olok-oloknya, juga mungkin ingin mengingatkan kita tentang keberagaman profesi yang ada di sekitar kita. Terkadang kita terjebak dalam pemikiran bahwa hanya profesi tertentu yang layak dihargai atau dianggap penting, padahal setiap profesi, dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks, berperan dalam membentuk masyarakat yang berfungsi dengan baik. Profesi seperti penjual es teh, meskipun tidak tampak glamor, tetap memiliki nilai sosial dan ekonominya sendiri.

Dengan cara yang humoris, Gus Miftah mungkin ingin mengajak kita untuk lebih terbuka dalam melihat berbagai macam profesi, tanpa terjebak dalam stereotip yang sering kali tidak adil. Setiap profesi memiliki tantangan dan perjuangannya masing-masing, dan tidak ada pekerjaan yang lebih rendah atau lebih tinggi dari yang lainnya. Semua orang, terlepas dari pekerjaannya, pantas untuk dihargai.

Kesederhanaan dan Ketulusan dalam Bekerja

Penjual es teh, seperti banyak profesi lainnya, mungkin bekerja dengan penuh kesederhanaan, namun di balik kesederhanaan itu ada ketulusan dan dedikasi. Mereka bangun pagi, mengatur barang dagangan, dan siap melayani pelanggan dengan senyuman, meskipun mereka mungkin tidak mendapatkan perhatian atau pengakuan yang layak. Mereka bekerja keras untuk menghasilkan yang terbaik dalam profesi mereka, meskipun sering kali harus menghadapi cuaca panas dan tantangan fisik lainnya.

Gus Miftah, dalam cara yang lucu dan penuh sindiran, sebenarnya juga mengajak kita untuk menghargai ketulusan dan kerja keras orang lain. Terkadang kita terlalu fokus pada aspek glamor atau status dalam pekerjaan, sehingga melupakan pentingnya kerja keras, kejujuran, dan ketulusan yang ada di dalam setiap profesi, termasuk menjadi penjual es teh.

Penutup: Menghargai Semua Pekerjaan dengan Cara yang Bijak

Meskipun olok-olok Gus Miftah terhadap penjual es teh disampaikan dengan cara yang humoris, ada pesan yang lebih dalam yang bisa diambil dari situasi tersebut. Gus Miftah seolah ingin mengingatkan kita untuk menghargai setiap profesi, sekecil apapun, dan melihat bahwa setiap pekerjaan memiliki perannya masing-masing dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Menghargai kerja keras dan ketulusan seseorang, tanpa melihat status sosial atau tingkat pendidikan, adalah langkah pertama untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan penuh penghargaan.

Di balik senyum dan canda, Gus Miftah sebenarnya mengajak kita untuk berpikir lebih dalam dan menghargai setiap orang, termasuk mereka yang menjalani pekerjaan yang mungkin dianggap remeh oleh sebagian orang. Dalam kehidupan ini, tidak ada pekerjaan yang tidak penting, dan setiap orang yang bekerja dengan jujur dan tulus patut untuk dihormati.

Comments