Oleh: Joko Sutopo
Kurikulum Merdeka dan Deep Learning, meskipun berbeda dalam konteksnya, memiliki tujuan yang sama yaitu menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan bagi siswa. Namun, keduanya memiliki pendekatan yang berbeda. Kurikulum Merdeka, fokus pada fleksibilitas dan otonomi sekolah dalam mengembangkan kurikulum. Memberikan kebebasan bagi guru untuk memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Menekankan pada pengembangan karakter dan kompetensi abad 21. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar secara aktif dan kolaboratif. Sedangkan Deep Learning, fokus pada pemahaman konsep yang mendalam dan bermakna. Menekankan pada proses berpikir kritis, analitis, dan kreatif. Menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata. Memungkinkan siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri. Keduanya menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Memberikan ruang untuk fleksibilitas dalam proses pembelajaran. Berusaha menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan mendorong siswa untuk belajar secara aktif.
Kurikulum Merdeka adalah sebuah kebijakan pendidikan secara menyeluruh, lebih fokus pada struktur dan organisasi pembelajaran, sedangkan Deep Learning adalah sebuah pendekatan pembelajaran, lebih fokus pada proses pembelajaran. Kurikulum Merdeka memberikan kerangka kerja yang luas bagi sekolah untuk menerapkan pendekatan pembelajaran yang lebih fleksibel dan relevan. Maka, Deep Learning dapat menjadi salah satu pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan Kurikulum Merdeka. Nah, bagaimana bapak dan ibu?
Berikut adalah beberapa contoh penerapan Deep Learning dalam Kurikulum Merdeka. Contoh ini tentu sudah sering dilakukan oleh guru dikelas. Misal, Siswa diberikan proyek yang menantang untuk diselesaikan secara kelompok. Dalam menyelesaikan proyek ini, siswa akan melakukan penelitian, menganalisis data, dan membuat keputusan. Proses ini biasa dikenal dengan Pembelajaran Berbasis Proyek istilah barat disebut Project Based Learning (PjBL). Contoh lain, Diskusi kelas, guru memfasilitasi diskusi kelas yang mendalam untuk menggali pemahaman siswa tentang suatu konsep. Kegiatan ini biasa digunakan guru pada kegiatan pembelajaran. Kemudian, Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL), siswa diberikan masalah nyata yang harus mereka pecahkan. Dalam memecahkan masalah ini, siswa akan belajar menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka pelajari. Nah, contoh yang ini, guru pasti sudah tidak asing lagi, yaitu p enggunaan teknologi atau integrasi teknologi dalam pembelajaran. Teknologi dapat digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran yang lebih mendalam, misalnya melalui simulasi, video, atau aplikasi pembelajaran. Adanya teknologi itu memudahkan, mempercepat, menyederhanakan dan lebih menarik karena menyesuaikan zamannya.
Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar ketika mereka merasa bahwa pembelajaran yang mereka lakukan bermakna dan relevan dengan kehidupan mereka. Deep Learning mendorong siswa untuk berpikir secara kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah. Keterampilan yang dikembangkan melalui Deep Learning, seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kolaborasi, sangat dibutuhkan di dunia kerja masa depan.
Terdapat 8 (delapan) keterampilan pembelajaran mendalam (Deep Learning Skills), antara lain:
- Global Citizenship: pengetahuan global, kepekaan dan rasa hormat terhadap budaya lain, serta keterlibatan aktif dalam menangani isu-isu keberlanjutan manusia dan lingkungan.
- Collaboration: bekerja dalam tim, belajar dari dan berkontribusi pada pembelajaran orang lain, keterampilan jaringan sosial dan empati dalam bekerja dengan orang lain yang beragam
- Character: kejujuran, pengaturan diri dan tanggung jawab, kerja keras, ketekunan, empati untuk berkontribusi pada keselamatan dan manfaat orang lain, kepercayaan diri, kesehatan dan kesejahteraan pribadi, keterampilan karier dan kehidupan.
- Communication: berkomunikasi secara efektif secara lisan, tertulis dan dengan berbagai alat digital; keterampilan mendengarkan
- Creativity and Imagination: kewirausahaan ekonomi dan sosial, mempertimbangkan dan mengejar ide-ide baru dan kepemimpinan untuk bertindak
- Problem Solving: memberikan siswa pengalaman nyata dalam menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru di dunia di luar kelas
- Critical Thinking: berpikir kritis untuk merancang dan mengelola proyek, memecahkan masalah, membuat keputusan yang efektif menggunakan berbagai alat dan sumber daya digital
- Penggunaan TIK untuk pembelajaran: teknologi memungkinkan kita menemukan dan menguasai pengetahuan konten dan memungkinkan tujuan pembelajaran mendalam untuk menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru di dunia
Lebih jauh akan kita bahas secara khusus 8 Deep Learning Skills, dalam sesi berikutnya. Dari pendapat diatas, bahwa setiap momen pasti terjadi perubahan, maka perubahan itulah yang menjadikan kita tetap optimis hingga saat ini. Optimisme untuk melakukan perubahan-perubahan tersebut tanpa harus apriori terhadap hal yang sedang atau akan dihadapi.
Kurikulum Merdeka dan Deep Learning saling melengkapi. Kurikulum Merdeka memberikan kerangka kerja yang luas, sedangkan Deep Learning memberikan pendekatan pembelajaran yang lebih spesifik. Dengan menggabungkan keduanya, diharapkan dapat tercipta pembelajaran yang lebih bermakna, relevan, dan efektif bagi siswa.
Comments
Post a Comment