Manusia Sering Lupa Bahwa Makanan Itu Ada Dua Macam: Makanan Lahir dan Makanan Batin



 Oleh SBS

Di tengah rutinitas kehidupan yang serba cepat dan penuh tekanan, sering kali manusia terjebak dalam pola pikir yang sempit dan hanya fokus pada kebutuhan fisik mereka. Salah satunya adalah dalam hal pemenuhan kebutuhan makan. Kebanyakan orang cenderung memandang makanan hanya sebagai kebutuhan fisik semata, yaitu untuk mengisi perut dan menjaga kelangsungan hidup. Padahal, ada dua macam makanan yang perlu diperhatikan dalam hidup manusia: makanan lahir dan makanan batin. Makanan lahir berhubungan dengan kebutuhan fisik, sementara makanan batin berkaitan dengan kebutuhan emosional dan spiritual. Lalu, mengapa manusia sering lupa akan pentingnya makanan batin?

1. Kebutuhan Fisik yang Lebih Terlihat dan Terukur

Salah satu alasan utama mengapa manusia sering lupa tentang pentingnya makanan batin adalah karena makanan lahir lebih nyata, terlihat, dan terukur. Kebutuhan fisik, seperti rasa lapar dan kenyang, lebih mudah dipahami dan dikenali oleh tubuh. Ketika perut kita kosong, kita merasa lapar dan kemudian mencari makanan untuk memuaskannya. Selain itu, makanan lahir juga terhubung dengan keinginan untuk mendapatkan kenikmatan, rasa enak, atau bahkan untuk menjaga kesehatan tubuh secara fisik. Sebagai contoh, kita cenderung lebih memikirkan apa yang akan kita makan untuk sarapan, makan siang, atau makan malam, daripada mempertimbangkan apa yang "dimakan" oleh pikiran dan jiwa kita.

Dengan teknologi dan industri pangan yang berkembang pesat, manusia kini memiliki akses yang sangat mudah untuk memenuhi kebutuhan makan lahir. Restoran cepat saji, aplikasi pengantaran makanan, dan beragam produk makanan siap saji semakin memudahkan manusia dalam mendapatkan makanan yang mereka inginkan. Makanan fisik ini seringkali dipandang sebagai solusi instan untuk memuaskan kebutuhan tubuh tanpa perlu berpikir panjang. Di sinilah letak kekeliruan manusia dalam melihat pentingnya keseimbangan antara makanan lahir dan batin.

2. Kehidupan Modern yang Sibuk dan Stres

Di dunia yang serba cepat dan penuh tekanan ini, banyak orang merasa terjebak dalam rutinitas yang menguras energi fisik dan mental. Pekerjaan yang menumpuk, tuntutan kehidupan sehari-hari, dan tekanan untuk memenuhi ekspektasi sosial sering kali mengalihkan perhatian kita dari kebutuhan batin yang lebih mendalam. Dalam situasi seperti ini, manusia lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan fisik untuk bertahan hidup, seperti makan, tidur, dan bekerja, tanpa menyadari bahwa mereka juga membutuhkan "makanan" untuk jiwa dan pikiran mereka.

Stres dan kecemasan yang berkepanjangan dapat mengurangi kesadaran kita terhadap kebutuhan emosional dan spiritual. Ketika seseorang merasa tertekan, dia mungkin mencari kenyamanan melalui makanan lahir, seperti makan berlebihan atau mengonsumsi makanan yang tidak sehat. Namun, pemenuhan kebutuhan fisik ini tidak akan mampu menyelesaikan masalah batin yang sedang dihadapi. Oleh karena itu, semakin lama manusia semakin lupa untuk memberikan perhatian yang cukup pada "makanan batin" yang sebenarnya juga sama pentingnya, bahkan lebih penting, untuk kesejahteraan secara keseluruhan.

3. Perkembangan Teknologi dan Konsumerisme

Teknologi yang berkembang pesat di zaman sekarang membawa dampak besar pada cara manusia memenuhi kebutuhan mereka, termasuk dalam hal makanan. Kemudahan akses terhadap berbagai macam produk makanan, baik yang sehat maupun yang tidak sehat, telah mengubah kebiasaan makan manusia. Konsumerisme yang didorong oleh media sosial dan iklan juga memainkan peran penting dalam pembentukan pola makan yang berfokus hanya pada kepuasan fisik.

Namun, teknologi dan konsumerisme ini cenderung mengabaikan kebutuhan batin manusia. Pengaruh iklan yang menjanjikan kepuasan instan dan kenikmatan duniawi membuat banyak orang terjebak dalam pola konsumtif, di mana pemenuhan keinginan fisik lebih diprioritaskan daripada perawatan jiwa dan pikiran. Makanan batin, seperti rasa cinta, perhatian, kebahagiaan, dan pemenuhan spiritual, sering kali terlupakan atau dianggap sebagai hal yang kurang penting. Padahal, pemenuhan kebutuhan batin ini justru dapat memberikan kedamaian dan kebahagiaan yang lebih tahan lama dibandingkan dengan kenikmatan sementara dari makanan lahir.

4. Kurangnya Pendidikan Emosional dan Spiritualitas

Pendidikan tentang makanan batin sering kali diabaikan dalam pendidikan formal maupun informal. Masyarakat lebih menekankan pada pendidikan yang berkaitan dengan kecakapan hidup praktis, seperti keterampilan bekerja, pengetahuan umum, dan keterampilan sosial. Sementara itu, pendidikan mengenai kecerdasan emosional, kesehatan mental, dan spiritualitas sering kali terabaikan. Padahal, tanpa pemahaman yang baik tentang bagaimana memberi makan batin, banyak orang merasa kosong meskipun secara fisik mereka terjamin.

Pendidikan emosional yang memadai dapat membantu individu untuk mengenali dan mengelola perasaan mereka dengan lebih baik, sehingga mereka dapat lebih mudah menjaga keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan fisik dan batin. Dalam banyak budaya, makanan batin diajarkan melalui filosofi hidup, meditasi, agama, atau praktik spiritual lainnya. Namun, dalam masyarakat modern yang semakin materialistik, hal-hal seperti ini sering dianggap sebagai hal yang kurang penting dan terpinggirkan.


Baca juga: 

  1. Makanan Busuk yang Bermanfaat bagi Kesehatan Manusia
  2. Makanan Sehat Lahir dan Batin: Memelihara Tubuh dan Jiwa
  3. Makanan Sehat Lahir dan Batin: Menjaga Kesehatan Dunia dan Akhirat
  4. Makanan Sehat dengan Gizi Seimbang: Kunci Menuju Hidup Sehat

5. Mengabaikan Keseimbangan dalam Hidup

Di banyak budaya, keseimbangan adalah konsep yang sangat dihargai. Makanan lahir dan batin seharusnya berjalan seiringan untuk mencapai kehidupan yang harmonis. Namun, sering kali manusia cenderung lebih fokus pada satu sisi saja, yaitu pemenuhan kebutuhan fisik. Kita makan untuk kenyang, bekerja untuk mendapatkan uang, dan tidur untuk mengembalikan tenaga. Tetapi, jarang ada perhatian yang cukup untuk apa yang kita makan secara emosional dan spiritual.

Makanan batin tidak hanya berarti mendengarkan perasaan kita, tetapi juga mencari kedamaian melalui kegiatan yang memberi rasa puas di dalam diri, seperti berkumpul dengan orang yang kita cintai, berkarya, bermeditasi, atau merenung. Pemenuhan batin ini memberikan ketenangan dan kestabilan yang jauh lebih mendalam dibandingkan dengan makanan lahir yang hanya memberikan kepuasan sesaat.

6. Solusi: Menjaga Keseimbangan Antara Makanan Lahir dan Makanan Batin

Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi setiap individu untuk mulai memberikan perhatian lebih pada keseimbangan antara makanan lahir dan makanan batin. Caranya bisa dimulai dengan:

  • Mengembangkan Kecerdasan Emosional: Mempelajari cara mengenali, memahami, dan mengelola emosi dengan bijak adalah langkah pertama untuk menjaga keseimbangan batin.
  • Berhenti Sejenak untuk Merenung: Memberikan waktu untuk diri sendiri, melakukan refleksi, atau bermeditasi dapat membantu kita untuk menghubungkan diri dengan kebutuhan batin kita.
  • Menciptakan Kegiatan yang Memenuhi Jiwa: Selain memenuhi kebutuhan fisik, kita juga perlu menciptakan waktu untuk kegiatan yang memupuk kebahagiaan batin, seperti berolahraga, berkumpul dengan teman-teman, atau melibatkan diri dalam kegiatan spiritual.
  • Mendengarkan Tubuh dan Jiwa: Sering-seringlah mengevaluasi keadaan fisik dan mental kita. Apa yang kita butuhkan untuk hari ini—hanya sekedar makanan fisik atau juga kedamaian batin?

Kesimpulan

Makanan lahir dan makanan batin adalah dua kebutuhan yang sama pentingnya bagi manusia. Sayangnya, dalam kehidupan yang serba cepat ini, banyak orang sering lupa bahwa makanan batin tidak kalah pentingnya dengan makanan lahir. Keseimbangan antara keduanya adalah kunci untuk mencapai kehidupan yang sehat dan bahagia. Dengan mulai memberi perhatian yang lebih pada kebutuhan batin, manusia dapat menemukan kedamaian sejati yang tidak hanya mengandalkan kenikmatan fisik, tetapi juga kepuasan dari dalam diri yang lebih mendalam.

Comments